MUHASABAH DAN DZIKIR
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
(Khidmat Manaqib suryalaya september 2002)
Allah Swt. telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang fasiq” (Al-Hasyr : 18).
Ayat diatas menunjukkan perintah bertaqwa kepada Allah dan dilanjutkan dengan perintah untuk bermuhasabah. Ini penting untuk diperhatikan bagi para pengamal tarekat. Apa itu muhasabah? Muhasabah adalah berhitung, mengoreksi diri, dan mempersiapkan diri. Ingatlah! Hari Senin ini bukan hari Senin kemarin, waktu sekarang bukan waktu kemarin. Sampai dimana kita perlu memandang perjalanan yang lalu tidak cukup sampai tahun kemarin atau mulai dari kelahiran dalam rahim ibu. Akan tetapi kita perlu memandang sampai bad’ul kholqi (permulaan penciptaan) badan dan ruh.
Perjalanan ruh manusia tidak diproses di bumi, melainkan langsung diproses dilangit, yaitu mulai dengan penciptaan Nur Muhammad. Banyak orang yang tidak percaya terhadap Nur Muhammad ini, disangkanya hanya sekedar Israiliyyat. Padahal informasi ini dari Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani di Kitab Sirror Asror dan perlu diperhatikan bahwa kitab Sirror Asror ini bukan kitab sembarangan hasil kutipan, melainkan perjalanan Syaikh Abdul Qodir selama 25 tahun dengan tidak bertemu manusia. Beliau adalah Wali Qutub bukan Ahli Wacana.
- Dalam rahim seorang istri dipadukan antara ruh dan jasad. Setelah masuk air mani yang jumlahnya 250 juta, maka dengan cerdiknya masuk ke pabrik utama yaitu diproses selanjutnya tidak lebih dari 1 atau 2, coba kalau seluruhnya menjadi manusia?
Untuk apa kita mempelajari masa lalu? Untuk muhasabah atau untuk dipelajari, dipertimbangkan, agar dibuat rancangan yang akan datang terus ditarik sampai ke hari kiamat. Maka kalau seluruh manusia mempraktekkan ayat diatas dalam hidupnya, keluarga, agama, bangsa dan negaranya.
Dengan bermuhasabah itu akan muncullah 6 pertanyaan yang perlu kita perhatikan :
- Apa kita ini ? Kita adalah manusia
- Dari mana kita ini? Dari Allah yang diciptakan jasadnya berasal dari tanah dan ruhnya dari Nur Muhammad.
- Di mana kita sekarang? Kita hidup didunia
- Mau kemana kita? Kita akan mati, masuk kubur dan kembali ke akhirat.
- Ingin apa? Ingin bahagia didunia dan di akhirat
- Harus bagaimana supaya bahagia? Kita harus beriman, beramal soleh dan bertaqwa.
Dalam beberapa ayat Allah memerintahkan agar kita bertaqwa dan menyatakan kemampuannya bahwa Allah itu selalu hadir. Allah berfirman: “Aku ini Maha Mengetahui segala sesuatu”. Siapa lagi yang mengetahui selain Allah? Yaitu orang-orang yang diberitahu oleh Allah seperti para Nabi dan Rasul dan Warosatul Anbiya yaitu Waliyyan Mursyidan (Wali Mursyid).
Siapa Wali Mursyid itu? (Lihat Tanwirul Qulub) yaitu orang yang mengolah diri dengan ilmu yang benar sampai mencapai maqom ikhlas, taqwanya sempurna dan diberi wilayah oleh Allah swt. Tidak semua Wali itu Mursyid, tetapi setiapMursyid itu wali.
Bagaimana kalau ada orang yang mengaku sebagai Mursyid bukan Wali? Patut dipertanyakan. Saya saja (KH. M. Zein ZA. BA.) pernah dikatakan orang luar biasa, tetapi setelah belajar dzikir malah lebih luar biasa. Kalau ada orang yang berkelahi melawan 20 orang, pasti dikatakan orang luar biasa. Setelah belajar dzikir, malah dengan seekor semut saja menjadi lebih takut. Apakah ini tidak lebih luar biasa? Mengapa? karena kita tidak melihat hanya semutnya saja, tetapi siapa yang menggerakkan semut. Inilah pendidikan dzikir.
Firman Allah selanjutnya : “Kamu sekalian jangan seperti orang yang lupa kepada Allah!”. Jangankan menjadi orang yang lupa kepada Allah, menjadi seperti orang yang lupa kepada Allah saja dilarang. Mengapa? Karena orang yang melupakan Allah pasti akan dilupakan oleh Allah. Mereka inilah yang dikatakan orang-orang fasiq.
Baik atau jelek menjadi orang fasiq? Pasti jelek. Maka kalau kita ingin keluar dari golongan fasiq, kita harus berhenti menjadi orang yang lupa kepada Allah, jadilah orang yang selalu ingat kepada Allah. Ingat kepada Allah itu dalam bahasa Arab disebut dzikrullah. Perbanyaklah dzikrullah.
Berjuta-juta orang yang datang ke Pondok Pesantren Suryalaya ini tujuan utamanya adalah ingin melepaskan baju kafasikan, kemunafikan, kekufuran dan kesyirikan. Mereka menggantikannya dengan baju dzikrullah. Disinilah perbedaannya calon ahli neraka dan calon ahli surga. Calon ahli surga adalah orang-orang yang bahagia. Bagaimana surga itu ? Dalam Sirur Asror diterangkan bahwa Surga itu ada 4 tingkatan:
- Jannatul-ma’wa : Surga tingakatan yang terendah sebagai tempat kembali
- Jannatul-Na’im
- Jannatul-Firdaus
- Jannatul-Qurbah yaitu Surga tertinggi.
Orang yang berlajar dzikir itu adalah orang yang sedang berupaya menjadi Ahlu-Qurbah (Surga Tertinggi).
sumber = www.suryalaya.org
----------------------------------------------------------------
Untuk melihat artikel-artikel dzikir lainnya bisa dilihat pada
link di bawah ini :
http://hudaya-organization.blogspot.com/2009/05/
index-artikel-artikel-tentang-dzikir.html
subahanaullah
ReplyDelete